Dengan jalan sabar, yaitu dengan menanggung segala masyaqqah (kesusahan) dan segala kesukaran terhadap jiwa dari pada terhadap cobaannya, bagi mereka adalah kabar gembira dengan segala nikmat yang di berikan-Nya yaitu kesuksesan yang gemilang. “Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu dengan sesuatu dari rasa takut, lapar, kurang harta, jiwa (kematiannya), dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. al_Baqarah: 155)
Kita
diperintahkan untuk bersabar dalam tiga hal: (1)Bersabar dalam
menunaikan segala fardu dan kewajiban. Inilah pendapat Ibn Abbas
Muqatil. “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar
dan mengerjakan sembahyang. dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah
berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk. (Q.S. al-Baqarah ayat
45). (2)Bersabar dalam meninggalkan segala maksiat. Inilah pendapat
Qatadah. Menurut as-Syaukani melalui tafsirnya, Fath al-Qadir berkata: “Yang
dimaksud sabar, ialah kamu mintalah pertolongan dengan menghalang
jiwamu dari pada mengikut nafsu syahwat dan hanya melakukan ketaatan, di
samping menghalang dari pada terkena perkara yang menyakitkan.” (3)Bersabar dengan tidak berebut jawatan. Ia ditujukan kepada Ahli Kitab.
Di dalam ibadah puasa misalnya, terdapat tiga macam kesabaran:
(1)Sabar
menunaikan kewajiban Allah (puasa fardhu). (2)Sabar dari pada melakukan
maksiat kepada-Nya. Ini karena orang yang berpuasa meninggalkan
syahwatnya karena Allah, sesuai dengan maksud hadis yang menegaskan, “Bahwa
tiap-tiap amal anak Adam adalah baginya, kecuali puasa. Karena
sesungguhnya puasa adalah bagi-Ku dan Akulah pula yang akan membalasnya.
Karena dia meninggalkan syahwatnya, makanannya dan minumannya karena
Aku.” (3)Sabar atas segala takdir kesusahan lapar dan dahaga selama
puasa. Dan karena ini Rasulullah s.a.w. menamakan bulan puasa sebagai `bulan sabar’.
As-Sabr
kata Rasulullah saw. adalah dhiya’, seperti sinaran yang menyuluh jalan
yang akan ditempuh. Bagaimana sulit sekalipun, jalan itu akan dapat
dilalui dengan sabar. Sabar dalam menempuh sesuatu yang sukar. Sabar
yang terpuji adalah sabar mengerjakan taat kepada Allah, menjauhi segala
maksiat yang dilarang-Nya dan sabar atas segala takdir-Nya. Tetapi
antara sifat sabar itu, maka sifat sabar karena mengerjakannya dengan
taat dan meninggalkan maksiat adalah sabar yang lebih utama. Ia lebih
utama dari pada sabar atas segala takdir yang amat susah dan
menggelisahkan perasaan, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits
Saidina Ali :
“Sesungguhnya
sabar atas sesuatu maksiat dituliskan karenanya untuk seorang hamba
sebanyak tiga ratus derajat. Dan sesungguhnya sabar atas sesuatu
ketaatan dituliskan kerananya enam ratus derajat, dan sesungguhnya sabar
(menahan diri) dari pada segala maksiat dituliskan kepadanya sembilan
ratus derajat.” (Hadis marfu’ dengan sanad yang daif).
Semoga
Allah menggolongkan kita semua termasuk di kalangan orang-orang mukmin
yang bersifat meminta tolong dengan sabar, menunaikan kewajiban dengan
sabar dan termasuk orang yang sabar atas cobaan_Nya. Aamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar